Ngentot Bu Dokter

Oke deh pendahuluan dulu tentang cerita seorang dokter muda yang di entot pemuda, lumayan nih cerita nya seru, pengalaman bercinta dengan dokter, bercinta dengan bu dokter , walau masih muda, namun karena profesi nya sebagai seorang dokter, maka disebutlah dia bu dokter. cerita seks seru yang mungkin anda belum baca, silahkan membaca. Cerita Ngentot Bu Dokter .
Bu Dokter Binal
Shinta adalah seorang dokter muda yang baru saja menamatkan pendidikan dokternya pada sebuah universitas ternama di Sumatera. Sebagaimana dokter baru ia harus menjalani masa ptt pada sebuah desa di daerah itu. Orang tua dan tunangannya keberatan jika Shinta melaksanakan ptt di daerah itu, selain jauh dari kotanya dan daerah itu masih terbelakang dan terisolir. Orang tua Shinta sangat keberatan dan ia mengupayakan agar Shinta ditempatkan pada daerah yang dekat dan tidak terisolir itu. Upaya orang tuanya ini gagal karena telah menjadi keputusan instansi pusat dan tidak dapat di batalkan.
Kekuatiran orang tua dan tunangannya amat beralasan, karena Shinta adalah masih muda dan belum mengetahui seluk beluk masyarakat desa itu, ditambah kerasnya kehidupan di desa yang terkenal dengan kebiasaan masyarakatnya yang primitif itu. Selain itu Shinta akan menikah dengan Rudi tunangannya beberapa bulan lagi. Memang Shinta dan Rudi telah lama pacaran dan kedua orang tua mereka merestui hubungan mereka.
Shinta adalah seorang gadis yang masih berumur 24 tahun merupakan mahasiswa kedokteran yang memiliki kemampuan yang dapat dibanggakan, sehingga tdk heran ia dalam waktu yang singkat telah menamatkan kuliahnya. Selain itu ia berparas cantik, memiliki sosok yang membuat lawan jenisnya ingin mendapatkannya, namun hatinya telah jatuh kepada Rudi yang merupakan pria yang gigih mendapatkannya, hingga ia mau di pertunangkan dengan nya.Rudi adalah seorang pria yang telah memiliki kehidupan yang mapan pada sebuah BUMN di kota itu, selain itu ia anak dari sahabat ayah Shinta. Selama mereka pacaran hanya diisi dengan makan malam dan kadang nonton. Mereka berdua tidak pernah melakukan hal yang bertentanggan dengan adat dan agama, sebab masing-masing menyadari suatu saat akan mendapatkannya juga nantinya.
Setelah melalui perjalanan yang melelahkan Shinta dengan diantar ayahnya dan Rudi didesa itu. Perjalanan dari kotanya memakan waktu selama 1 mhari perjalanan ditambah jalan yang amat rusak dan setapak. Didesa itu Shinta di sambut oleh perangkat desa itu dan kepala dusun. Dengan sedikit acara, barulah Shinta resmi bertugas. Lalu ayahnya dan Rudi pulang ke kota besoknya setelah mewanti-wanti Shinta untuk berhati-hati.
Hari pertama ia bertugas Shinta dibantu oleh kader kesehatan yang bertugas penunjuk jalan. Shinta menempati salah satu rumah milik kepala dusun yang bernama pak Tanba. Pak Tanba amat disegani dan ia termasuk orang kaya didesa itu. Umurnya sekitar 67 tahun dan memiliki 3 orang istri. Pak inipun sering meminjamkan sepeda motornya kepada Shinta untuk tugas-tugasnya, kadang-kadang ia sendiri yang memboncengkan Shinta saat Shinta ingin ke desa sebelah. Bagi Shinta keberadaan Pak Tanba ini amat membantunya di saat ia hampir putus asa melihat lingkungan desa yang hanya terdiri dari hutan dan jalan yang hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor.
Karena sering diantar kedesa desa lainnya, seringkali tanpa disadari oleh Shinta telah membuat paka Tanba menaruh rasa ingin memiliki dari diri paka Taba, apalagi jika dalam berboncengan seringkali dada Shinta yang montok itu bersentuhan dengan punggung paka Tanba. Sebagai laki-laki normal iapun merasakan ingin yang lebih jauh lagi. Shinta merasa ia tak bisa bertugas jika tanpa dibantu pak Tanba.
Suatu hari saat pulang dari desa tetangga, mereka kehujanan dan hari saat itu hujan turun dengan derasnya.Lalu dengan buru-buru pak Tanba mempercepat kendaraannya , secara otomatis Shinta memegang pinggang pak Taba dengan erat dan dalam suasana itu pak Tanba dapat merasakan kehangatan dan sentuhan dada Shinta dengan nyata. Lalu mereka sampai di kediaman Shinta yang merupakan juga rumah milik pak Tanba. Sesampai didalam rumah, Shinta masuk kekamar dan mengganti pakaiannya dengan kimono handuk, sedang pak tanba ia pinjami handuk untuk ganti pakainan yang basah itu.
Saat Shinta berganti pakaian tadi pak Tanba mengintipnya dari celah pintu kamar itu. Jakunnya naik turun karena melihat kehalusan dan kemulusan kulit tubuh Shinta seluruhnya. Dengan langkah pasti ia duduk di ruang tengah rumah itu karena diluar hari hujan.
"Wah, hujannya deras sekali pak." kata Shinta,
"Bagaimana jika nginap disini saja pak."
"Ooooo.. terima kasih bu. Kalau hujan reda saya akan pulang…" terang pak Tanba.
"Baiklah pak…" jawab Shinta.
Lalu Shinta kedapur dan membuatkan kopi untuk pak Tanba.
"Pak, ini kopinya ..".
"Wah kopi… bisa begadang saya malam ini buk."
"O.. ya.. pak .. apa perlu saya ganti dengan teh hanagat?" jawab Shinta.
"Ohh… nggak usah buk.. ini juga nggak apa." timpal pak Taba, sambil memandang kearah Shinta.
Hingga saat itu hujan belum reda dan paka Tanba terpaksa nginap di rumah itu. Shinta terus menemani paka Tanba ngobrol tentang pekerjaan hingga rencana ia akan menikah. Pak Tanba mendengarnya dengan penuh perhatian dan sesekali mencuri pandang dada Shinta. Shinta tak enak hati jika ia meninggalkan pak Tanba sendirian malam itu karena pak Taba telah banyak membantunya. Sedang matanya mulai ngantuk. Sedang hiburan di rumah itu tidak ada karena tidak adanya jaringan televisi. Melihat Shinta yang mulai ngantuk itu lalu pak Tanba menyuruh Shinta tidur duluan.
"Bu, tidur aja dulu biar saya diluar sini."
"Wah saya nggak enak ni pak masa pak Tanba saya tinggal." Shinta memaksakan dirinya untuk terus ngobrol hingga jam menunjukan pukul 9 00 wib yang kalau didesa itu telah larut ditambah hujan deras.
Dari tadi pak tanba terus memperhatikan Shinta karena suasana malam itu membuatnya ingin mengambil kesempatan terhadap Shinta dengan tidak menampakkan keinginannya.
Padahal saat itu tanpa di sadari Shinta pak Tanba telah duduk disamping Shinta.
"Bu… Shinta.., dingin ya buk.." kata pak Tanba.
"Ya pak…," sahut Shinta.. dengan pasti pak Tanba, meraih tangan
Shinta…
"Ini buk, saya pegang tangan ibu ya.., biar dinginnya hilang…." bisik Pak Tanba.
Shintapun membiarkan pak Tanba meraih tangannya, memang ada hawa hangat yang ia rasakan. Lalu pak Tanba melingkarkan tangannya di bahu Shinta dan mengelus balik telinga Shinta, padahal itulah daerah sensitif Shinta. Kepala Shinta lalu rebah di bahu pak Tanba dan seperti sepasang kekasih pak Tanba terus meransang daerah peka di tengkuk dan bahu Shinta.
Shintapun meresapi usapan dan elusan lembut laki-laki yang seusia dengan ayahnya itu, matanya hanya merem melek. Mungkin karena suasana dan cuaca yang dingin membuat Shinta membiarkan tindakan Tanba itu. Pak Tanba lalu berdiri, dan menarik tangan Shinta hingga berdiri. Shinta menurut, lalu ia tuntun kekamar yang dan menyilahkan Shinta berbaring.
"Bu, tampaknya ibu capai." kata pak Taba.
"Ya pak.." kata Shinta.
Pak Tanba keluar kamar dan mengunci pintu rumah itu dan memeriksa jendela, lalu ia masuk kekamar Shinta kembali sambil menguncinya dari dalam. Ia sudah tidak sabar ingin menggauli Shinta yang telah menjadi obsesinya selama ini malam itu.
Pak Tanba berjalan kearah Shinta, yang saat itu duduk ditepian ranjang.
"Pak.. koq di kunci?" tanya Shinta.
"Biasalah bu, jika malam hujan begini kan biar hawa dingin nggak masuk…" timpal pak Taba.
"Bagaimana bu apa masih Dingin?" tanyanya.
"Iya pak…" angguk Shinta.
"Baiklah buk bagaimana jika saya pijitin kepala ibu itu biar segar." kata pak Tanba
"Silahkan pak…" jawab Shinta.
Lalu Shinta duduk membelakangi pak Tanba dan pak Tanbapun naik ke ranjang itu dengan memijit kepala dan tengkuk Shinta. Padahal yang dilakukannya adalah meransang Shinta kembali untuk bisa mengusainya. Sebagai laki-laki berpengalaman tidaklah susah bagi Pak Taba untuk menaklukkan Shinta, yang ia tahu belum begitu tau tentang dunia sex dan laki-laki.
Dengan gerakan lembut dan pasti usapan tangannya mulai dari tengkuk hingga balik telinga Shinta.
Shinta … menutup matanya menikmati setiap gerakan tangan pak Tanba. Dari dekat pak Tanba dapat merasakan dan menikmati kehalusan kulit Shinta. Beberapa saat lamanya pijitan Tanba itu telah turun ke punggung dan diluar kesadaran Shinta kimononya telah turun dari bahunya dan yang tinggal hanya Bh yang menutup payudaranya. Bh itupun dengan kelincahan tangan pak Tanba jatuh dan sempat dilihat pak taba bernomor 34b. Masih dari belakang gerakan tangan pak taba lalu meremas payudara Shinta. Shinta sadar dan menahan gerakan tangan Pak Tanba..
"Sudah pak…, jangan lagi pak…" sambil memakai kimononya kembali sedang bhnya telah terjatuh.
Pak tanba kaget dan ia memandang mata Shinta, ada nafsu tertahan, namun ia harus mulai memasang strategi agar Shinta, kembali bisa ia kuasai.
"Maaf bu.., kalau tadi saya lancang." kata pak Tanba.
Shinta diam saja. Sedang saat itu pak Tanba hanya selangkah lagi bisa mengusai Shinta. Lalu pak Taba berjalan keluar dan ia tinggalkan Shinta. Kemudian ia balik lagi kekamar itu, dan duduk disamping Shinta, pakaian Shinta saat itu acak-acakan.
"Bu…, apa ibu marah?" tanaynya.
"Tidak pak tapi sayalah yang salah. Padahal selama saya pacaran dan tunangan belum pernah seperti ini." terang Shinta.
Pak Tanba manggut-manggut mendengar perkataan Shinta.
Cuaca malam itu tetap hujan deras dan dingin udara terus menusuk tulang, pak Tanba mengerti jika Shinta khawatir sebab ia masih perawan, namun tekadnya sudah bulat bahwa malam itu Shinta harus bisa ia gauli.
Dalam kebiusan sikap Shinta saat itu, pak Tanba kembali meraih tangan Shinta dan menciumnya, Shinta diam membisu, lalu pak tanba memeluk Shinta dan tidak ada penolakan dari Shinta, Rupanya Shinta saat tadi telah bangkit birahinya namun karena ingat akan statusnya maka ia menolak pak Tanba. Dijari Shinta memang melingkar cincin tunangan dan pak Tanba tidak memperdulikannya.
Dengan kelihaiannya, kembali Shinta larut dalam pelukan dan alunan nafsu yang di pancarkan laki-laki desa itu. Sekali sentak maka terbukalah kimono Shinta, hingga terbuka seluruh kulit tubuhnya yang mulus itu, tanpa bisa ditolak Shinta.Dengan penuh nafsu pak Tanba memilin dan membelai dada putih itu hingga memerah dan dengan mulutnya ia gigit putingnya. Keringat telah membasahi tubuh Shinta dan membuatnya pasrah kepada pak Tanba.
Sebelah tangan Tanba turun dan merongoh cd Shinta dan memasuki lobang itu yang telah basah. Lalu ia buka dan tubuh Shinta ia baringkan. Ia amat bernafsu sekali melihat belahan vagina Shinta yang tertutup oleh sedikit bulu halus.
Pak Tanbapun lalu membuka baju dan cdnya, hingga mereka sama-sama bugil diatas ranjang itu. Penis Tanba amat panjang dan besar. Shinta saat itu tidak tahu apa-apa lagi.
Pak Tanbapun lalu membuka kedua kaki Shinta dan mengarahkan penisnya kebelahan vagina Shinta.
Beberapa kali meleset, hingga dengan hati-hati ia angkat kedua kaki Shinta yang panjang itu kebahunya, dan barulah ia bisa memasukan kepala penisnya.
"Aduhhhhhh pak.. aughhhhghhhhh… ghhh… sakit pak…" jerit Shinta. Pak Tanba lalu menarik penisnya kembali. Lalu dengan mulutnya ia beri air ludah ke pinggiran lobang vagina itu biar lancar. Kemudian ia ulangi memasukan penisnya. Dengan hati2 ia dorong masuk dan kepala penis masuk…
"Auuuuuggggkkkk…" jerit Shinta.
"Sebentar bu…" kata Pak Tanba.
"Nanti juga hilang sakitnya buk…" terangnya lagi.
Sekali hentak maka seluruh penisnya masuk dan ia maju mundurkan. Padahal saat itu Shinta merasa dilolosi tulangnya. ia gigit bibir bawahnya menahan rasa nyilu dan sakit saat penetrasi tadi.Pak Tanba telah berhasil merobek selaput dara Shinta, hingga kelihatan tetesan darah di paha mulus Shinta saat itu dan membasahi sprey yang kusut.
Tangan pak Tanbapun terus memilin payudara Shinta dan kembali menahan pinggul Shinta. Lebih kurang 20 menit ia maju mundurkan penisnya kedalam vagina Shinta sedang Shinta telah 2 kali orgasme, barulah ia muntahkan spermanya didalam rahim Shinta. lalu ia tetap diam diatas tubuh Shinta. Terlihat ketika itu, tubuh putih mulus Shinta berada dibawah tubuh pak Tanba yang masih membelai dada dan menjilat bibir dan lidah Shinta. Kedua tubuh manusia itu penuh keringat. Di sudut mata Shinta ada air mata karena keperawanannya telah hilang bukan karena tunangannya tapi oleh laki-laki tua itu.
Ia tidak punya pilihan lain karena telah terlanjur di setubuhi Pak tanba. Hingga menjelang pagi pak Tanba kembali mengulang permainan sex itu dengan Shinta, hingga Shinta merasakan kenikmatan dan mengetahui rahasia dalam permaianan dewasa. Rudi tidak ia inagt lagi dan saat itu ia terbelenggu oleh gairah dan nafsu yang di berikan pak tanba.
Sejak saat itu, hub kedua insan yang berbeda umur sangat jauh itu terus berlangsung di rumah itu , kadang-kadang di gubuk milik pak Tanba di tengah hutan daerah itu. Shinta merasa heran karena laki-laki seumur pak Tanba masih memiliki stamina yang prima dalam berhubungan. Tidak heran jika pak Tanba memiliki 3 orang istri dan memiliki 3 orang anak yang telah dewasa.
Tanbapun bermaksud untuk menjadikan Shinta istrinya yang ke 4 karena ia amat bangga bisa memerawani seorang Dokter dari kota dan cantik. Untuk itulah ia terus berusaha menyetubuhi Shinta hingga bisa hamil oleh bibitnya. Shintapun sulit melepaskan diri dari pak Tanba. Ia sedang berpikir untuk membatalkan pertunangan dengan Rudi, karena bagaimanapun ia sudah tidak perawan lagi.
Demikian cerita dewasa kali ini, semoga dapat menghibur anda, pengalaman bercinta dengan wanita karir emang memiliki kesan sendiri, ada fantasi lain yang di dapatkan, begitu juga dengan ngentot bu dokter, ngentot suster, ngentot PNS dan cerita bercinta dengan wanita yang memiliki pekerjaan kantoran, memang menarik..
readmore »»  

Cerita Sex Ngewek Dengan Tante Yang Kesepian

Cerita sex, cerita ngentot, cerita panas, cerita pemerkosaa, foto bugil - Sebuah cerita sex bercinta ngentot dengan seorang tante cantik keturunan chinese dan jawa yang lagi kesepian ditinggal suaminya ke luar kota.  Tante Cantik ini berusia 35 tahun bernama Yeni, memiliki paras wajah yang sangat cantik dipadu dengan body yang aduhai seksinya, ditambah payudaranya mulus berukuran 36A. Siapa yang tak tergoda dengan tante Yuli ini, seorang wanita pengusaha yang sangat kaya raya  rambut lurus seta tante ini sangat kaya raya yang sudah dikaruniai 2 orang anak
Cerita Sex Ngewek Dengan Tante Yang Kesepian
Cerita sex, cerita ngentot, cerita panas, cerita pemerkosaa, foto bugil – setelah aku menyelesaikan program mini marketnya, aku mengantarkannya ke rumahnya yang hanya berjarak sepuluh menit dari rumahku. Tante Yeni tidak ada dirumah. Aku menunggunya sampai dia datang sambil ngobrol ditemani pembantunya.
Setelah hampir satu jam aku di sana, Tante Yeni pulang. Kulihat dia agak heran melihatku bermain-main dengan Cynthia dan mengobrol santai dengan Mbak Ning.
“Kau bawa programnya ya? Ada petunjuk pemakaiannya kan?”
“Ada dong. Tapi untuk mempercepat, sebaiknya aku menerangkan langsung pada karyawanmu, Cie.” Aku sengaja memanggil Tante Yeni dengan panggilan “Cie” karena dia masih terlihat sebagai wanita Chinese. Lagipula, panggilan “Cie” akan membuatnya merasa lebih muda.
Sejak hari itu, aku semakin akrab dengan keluarga Tante Yeni. Apalagi kemudian Tante Yeni memintaku untuk memberikan kursus privat komputer pada Edy dan Johan, dua anaknya yang masing-masing kelas duduk di kelas 1 SMP dan kelas 6 SD. Sedangkan untuk Cynthia, aku memberikan privat piano klasik. Karena rumahnya dekat, aku mau saja. Lagi pula Tante Yeni setuju membayarku tinggi.
Aku dan Tante Yeni sering ber-SMS ria, terutama kalau ada tebakan dan SMS lucu. Dimulai dari ketidaksengajaan, suatu kali aku bermaksud mengirim SMS ke Ria yang isinya, “Hai say.. Lg ngapain? I miz u. Pengen deh sayang-sayangan ama u lagi.. Aku pengen kita bercinta lagi..”
Karena waktu itu aku juga baru saja ber-SMS dengan Tante Yeni, refleks tanganku mengirimkan SMS itu ke Tante Yeni! Aku sama sekali belum sadar telah salah kirim sampai kemudian report di HP-ku datang: Delivered to Ms. Yeni! Astaga! Aku langsung memikirkan alasan jika Tante Yeni menanyakan SMS itu. Benar! Tak lama kemudian Tante Yeni membalas SMS salah sasaran itu.
“Wah.. Ini SMS ke siapa ya kok romantis begini..” Wah, untung aku dan Tante Yeni sudah akrab. Jadi walaupun nakalku ketahuan, tidak masalah.
“Maaf, Cie. Aku salah kirim. Pas lagi horny nih. :p Maaf ya Cie..” balasku. Aku sengaja berterus terang tentang ‘horny’ku karena ingin tahu reaksi Tante Yeni.
“Wah.. Kamu ternyata sudah berani begituan ya! SMS itu buat pacarmu ya?”
“Bukan Cie. Itu TTH-ku. Teman Tapi Hot.. Hahaha.. Tidak ada ikatan kok, Cie..”
Beberapa menit kemudian, Tante Yeni tidak membalas SMS-ku. Mungkin sedang sibuk. Oh, tidak, ternyata Tante Yeni meneleponku.
“Lagi dimana Boy?” Tanya Tante Yeni. Suaranya lebih akrab daripada biasanya.
“Di kamar sendirian, Cie. Maaf ya tadi SMS-ku salah kirim. Jadi ketahuan deh aku lagi pengen..” jawabku. Kudengar Tante Yeni tertawa lepas. Baru kali ini aku mendengarnya tertawa sebebas ini.
“Aku tadi kaget sekali. Kupikir si Boy ini anaknya alim, dan tidak mengerti begitu-begituan. Ternyata.. Hot sekali!”
“Hm.. Tapi memang aku alim lho, Cie..” kataku bercanda.
“Wee.. Alim tapi ngajak bercinta.. Siapa tuh cewek?”
“Ya teman lama, Cie. Partner sex-ku yang pertama.” Aku bicara blak-blakan. Bagiku sudah kepalang tanggung. Aku rasa Tante Yeni bisa mengerti aku.
“Wah.. Kok dia mau ya tanpa ikatan denganmu?” tanyanya heran. Aku yang dulu juga sering heran. Tetapi memang pada kenyataannya, sex tanpa ikatan sudah bukan hal baru di jaman ini.
“Kami bersahabat baik, Cie. Sex hanya sebagian kecil dari hubungan kami.” Jawabku apa adanya.
Aku tidak mengada-ada. Dalam beberapa bulan kami berteman, aku baru satu kali bercinta dengan Ria. Jauh lebih banyak kami saling bercerita, menasehati dan mendukung.
“Wah.. Baru tahu aku ada yang seperti itu di dunia ini. Kalau kalian memang cocok, kenapa tidak pacaran saja?”
“Kami belum ingin terikat. Terkadang pacaran malah membuat batasan-batasan tertentu. Ada aturan, ada tuntutan, ada konsekuensi yang harus ditanggung. Dan kami belum menginginkan itu.”
“Lalu, apa partnermu cuma si Ria dan partner Ria cuma kamu?” selidik Tante Yeni.
“Kalau tentang Ria aku tidak tahu. Tapi tidak masalah bagiku dia bercinta dengan pria lain. Aku pun begitu. Tapi tentu saja kami sama-sama bertanggung jawab untuk berhati-hati. Kami sangat selektif dalam bercinta. Takut penyakit, Cie.”
“Oh.. Safe Sex ya? “
“Yup! Oh ya dari tadi aku seperti obyek wawancara. Tante sendiri bagaimana dengan Om? Kapan terakhir berhubungan sex?” tanyaku melangkah lebih jauh. Kudengar Tante Yeni menarik nafas panjang. Wah.. Ada apa-apa nih, pikirku.
“Udah kira-kira 2 bulan yang lalu, Boy.” Jawabnya.
Lama sekali. Pasti ada yang tidak wajar. Aku jadi ingin tahu lebih banyak lagi.
“Ko Fery Impotent ya Cie?”
“Oh tidak.. Entah kenapa, dia sepertinya tidak bergairah lagi padaku. Padahal dia dulu sangat menyukai sex. Minimal satu minggu satu kali kami berhubungan.”
“Lho, Cie Yeni berhak minta dong. Itu kan nafkah batin. Setiap orang membutuhkannya. Sudah pernah berterus terang, Cie?” tanyaku.
“Aku sih pernah memberinya tanda bahwa aku sedang ingin bercinta. Tetapi dia kelihatannya sedang tidak mood. Aku tidak mau memaksa siapa pun untuk bercinta denganku.”
Cerita Sex Ngewek Dengan Tante Yang Kesepian
“Oh.. Kalau Boy sih tidak perlu dipaksa, juga mau dengan Cie Yeni..” godaku asal saja. Toh kami sudah akrab dan ini memang waktu yang tepat untuk mengarah ke sana.
“Boy, kamu itu cakep. Masa mau dengan orang seumuran aku? Suamiku saja tidak lagi tertarik denganku..”
“Cie Yeni serius? Aku tidak menyangka lho Cie Yeni bisa bicara seperti ini. Cie Yeni masih muda. 35 tahun. Seksi dan modis. Kok bisa-bisanya rendah diri ya? Padahal Cie Yeni terlihat sangat mandiri di mataku..” aku tak bisa menyembunyikan keterkejutanku. Bagaimana bisa, sebuah SMS salah sasaran, dalam waktu singkat bisa berubah menjadi obrolan sex yang sangat terang-terangan seperti ini.
“Kamu lagi nganggur kan? Datang ke rumahku sekarang ya? Suamiku tidak ada di rumah kok. Dia masih di kantor.”
Telepon ditutup. Darahku berdesir. Benarkah ini? Seperti mimpi. Sangat cepat. Bahkan aku tidak pernah bermimpi sebelumnya untuk mendapatkan Tante Yeni. Selama ini aku sangat menghormatinya sebagai clientku. Sebagai orang tua dari murid privatku.
Bergegas aku mengambil kunci mobil dan pergi ke rumah Tante Yeni. Di sepanjang jalan aku masih tak habis pikir. Apakah benar nanti aku akan bercinta dengan Tante Yeni? Rasanya mustahil. Ada Cynthia dan Mbak Ning di rumahnya. Belum lagi kalau ternyata Edy dan Johan juga sudah pulang dijemput sopirnya.
Sampai di rumah Tante Yeni, ternyata rumahnya sedang sepi. Cynthia sedang tidur dan hanya Mbak Ning yang sedang santai menonton televisi.
“Di tunggu Ibu di ruang computer, Kak.” Kata Mbak Ning. Dia memanggilku ‘kakak’ karena usiaku masih lebih tua darinya.
“Oh iya.. Terima kasih, Ning. Ada urusan sedikit dengan programnya nih.” Kataku memberikan alasan kalau-kalau Mbak Ning bertanya-tanya ada apa aku datang.
Aku masuk ke ruang computer yang di dalamnya juga ada piano dan lemari berisi buku-buku koleksi Tante Yeni.
“Tutup saja pintunya, Boy.” Kata Tante Yeni.
Tiba-tiba jantungku berdebar sangat keras. Entah mengapa, berbeda dengan menghadapi Lucy, Ria dan Ita, aku merasa aneh berdiri di depan seorang wanita mungil yang usianya di atasku. Setelah aku menutup pintu, belum sempat aku duduk, Tante Yeni sudah melangkah menghampiriku. Dia memelukku. Tingginya cuma sebahuku. Harum tubuhnya segera membuatku berdesir. Pelukannya sangat lembut. Kepalanya disandarkan ke dadaku.
Cerita Sex Ngewek Dengan Tante Yang Kesepian
Aku tak tahu harus berbuat apa. Ini adalah pengalaman pertamaku dengan wanita yang usianya di atasku. Aku takut salah. Apa aku harus berdiam diri saja? Memeluknya? Menciumnya? Atau langsung saja mengajaknya bercinta? Pikiranku saling memberi ide. Banyak ide bermunculan di otakku. Beberapa saat lamanya aku bingung. Pusing tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya aku memilih tenang. Aku ingin tahu apa yang Tante Yeni inginkan. Aku akan mengikutinya. Kali ini aku main safe saja. No risk taking this time.
“Cie Yeni adalah masalah?” bisikku. Kurasakan pelukan Tante Yeni semakin erat. Dia tidak menjawab. Aku juga diam. Benar-benar situasi baru. Pengalaman baru. Kurasakan penisku tidak bergerak. Rupanya pelukan Tante Yeni tidak membangkitkan gairahku.
“Aku cuma ingin memelukmu. Sudah lama aku tidak merasa senyaman ini di pelukan seorang laki-laki. Kamu tidak keberatan kan aku memelukmu?” akhirnya Tante Yeni berbicara.
“Tentu saja aku tidak keberatan, Cie. Peluk saja sepuas Cie Yeni. Apapun yang Cie Yeni inginkan dariku, kalau aku mampu, aku akan melakukannya.” Kurasakan tangannya mencubitku.
“Sok romantis kamu, Boy. Aku bukan gadis remaja yang bisa melayang mendengar kata-kata rayuanmu.. Wuih, apapun yang kau inginkan dariku.. Aku akan melakukannya.. Hahaha.. Gak usah pakai begituan. Aku sudah sangat senang kalau kamu mau kupeluk begini..”
Benar juga kata Cie Yeni. Hari itu aku belajar menghadapi wanita dewasa. Belajar apa yang mereka butuhkan. Bagi Tante Yeni, kata-kata manis tidak diperlukan. Tapi tentu saja, aku tidak seratus persen percaya. Bagiku, tidak ada wanita di dunia ini yang bisa menolak pujian dengan tulus. Perasaan wanita sangat peka. Wanita punya sense untuk mencerna setiap kata-kata pria. Apakah rayuan, apakah pujian yang tulus, atau hanya bunga bahasa untuk tujuan tertentu. Dan aku memilih untuk memujinya dengan setulus hatiku.
“Cie Yeni, aku beruntung bisa dipeluk wanita sepertimu. Siapa sangka SMS salah kirim bisa berhadiah pelukan?” candaku. Memang benar aku merasa beruntung. Ini bukan bunga bahasa, bukan rayuan. Dan aku yakin perasaan Cie Yeni akan menangkap ketulusanku.
“Yah.. Aku simpati denganmu yang bisa bergaul akrab dengan anak-anakku. Kamu juga tidak merendahkan si Ning. Kulihat memang pantas kau mendapatkan pelukanku, Boy..” bisik tante Yeni lagi. Kali ini wajahnya mendongak menatapku. Ada senyum tipis menghias bibirnya. Ugh.. Aku jadi ingin menciumnya.
Di satu sisi aku tahu bahwa aku salah. Tante Yeni sudah berkeluarga dan keluarganya harmonis. Tapi di sisi lainnya, sebagai cowok normal aku menikmati pelukan itu. Bahkan aku ingin lebih dari sekedar pelukan. Aku ingin menciumnya, melepaskan pakaiannya, dan memberinya sejuta kenikmatan. Apalagi Tante Yeni sudah 2 bulan lebih tidak mendapatkan nafkah batin. Pasti dia sangat haus sekarang. Aku mulai memperhitungkan situasi. Kami dalam ruang tertutup yang walaupun tidak terkunci, cukup aman untuk beberapa saat. Mbak Ning tidak mungkin masuk tanpa permisi. Satu-satunya kemungkinan gangguan adalah Cynthia.
Perlahan aku memberanikan diri menyentuh wajah Tante Yeni. Dengan dua buah jariku, aku membelai wajahnya lembut. Mataku menatapnya penuh arti. Kulihat Tante Yeni gelisah, tetapi ia menikmati sentuhanku di wajahnya. Aku menggerakkan wajahku menunduk mencari bibirnya. Sekejap kami berciuman. Bibirnya sangat penuh. Sangat hangat. Baru beberapa detik, ciuman kami terlepas. Tante Yeni menyandarkan kepalanya ke dadaku.
“Aku salah, Boy. Aku mulai menyayangimu..” bisiknya nyaris tak kudengar.
Aku yang sudah merasakan ciumannya mendadak ingin lebih lagi. Dasar cowok!, rutukku dalam hati. Apalagi aku sedang horny. Aku mencoba mengangkat wajahnya lagi. Ada sedikit penolakan, tapi wajahnya menatapku kembali. Aku tak berani menciumnya. Dan Tante Yeni menciumku, menghisap bibirku, memasukkan lidahnya, menggigit kecil bibirku. Dan akhirnya kami bercumbu dengan hasrat membara. Kami sama-sama kehausan.. Agh.. Aku tak peduli lagi. Wanita yang kuhormati ini sedang kupeluk dan kucumbu. Dia membutuhkanku dan aku juga membutuhkannya. Yang lain dipikirkan nanti saja. Nikmati saja dulu, pikirku cepat.
Aku segera menggendongnya dan membantunya duduk di atas meja. Dengan begini aku akan lebih leluasa mencumbunya. Bibir kami saling melumat. Bergerak lincah saling berlomba memberi kenikmatan tiada tara. Tanganku mulai bergerak ke arah payudaranya. Aku meraba payudaranya dari luar. Memberi remasan ringan dan gerakan memutar yang membuat Tante Yeni menggelinjang. Perlahan aku menyusupkan tanganku ke balik pakaiannya. Kurasakan tanganku tertahan. Tante Yeni menolak. Rupanya dia hanya ingin bercumbu denganku.
Dasar cowok, aku mana tahan? Sudah kepalang tanggung. Aku nekat tetap memasukkan tanganku dan dengan cepat aku berhasil melepas kait bra-nya. Payudaranya terasa utuh di tanganku, masih sangat kencang, masih sangat peka dengan rangsangan. Buktinya Tante Yeni bergetar hebat saat aku meremas payudaranya.
“Gila kamu, Boy. Aku tidak memerlukan ini semua.. Cukup peluk aku!” tegur Tante Yeni.
Aku tahu pikirannya memang menolak, tapi tubuhnya tidak. Aku tetap merangsang payudaranya. Gerakan menolak tante Yeni melemah. Dan akhirnya hanya desahan nafasnya yang memburu yang menandakan birahinya telah bangkit. Dengan mulutku aku membuka kancing-kancing kemejanya. Cukup sulit, karena ini baru pertama kali kulakukan. Tapi berhasil juga. Tante Yeni tertawa melihat ulahku.
Kini aku bebas mencumbu payudaranya. Kujilat dan kuhisap puting susunya. Tante Yeni melenguh panjang. Kedua tangannya mencengkeram kepalaku. Wajahnya mencium rambutku. Sesekali dia menggigit telingaku, sementara kepalaku, lidahku, bergerak bebas merangsang payudaranya. Ugh, begitu enak dan nikmat. Payudaranya tidak terlalu besar namun seksi sekali. Warnanya coklat kekuningan dengan puting yang cukup besar.
Aku bermain cukup lama di putingnya. Menggigit ringan, menyapukan lidahku, menghisapnya lembut sampai agak keras. Kadangkala hidungku juga kumainkan di putingnya. Nafas Tante Yeni semakin memburu. Tentu saja untuk masalah nafas, aku lebih kuat darinya karena aku rajin berolahraga menjaga stamina.
Tak lama tanganku menyusup ke balik roknya untuk mencari vaginanya dan membelainya dari luar. Kurasakan celana dalamnya telah basah. Tante Yeni merapatkan kakinya. Itu adalah penolakan yang kedua. Kepalanya menggeleng ketika kutatap matanya. Aku terus menatap matanya dan kembali mencumbunya. Aku tidak akan memaksanya. Tetapi aku punya cara lain. Aku akan membuatnya semakin terangsang dan semakin menginginkan persetubuhan. Perlahan cumbuanku turun ke lehernya.
“Ergh,” kudengar lenguhannya. Wah, lehernya sensitif nih, pikirku. Dengan intensif aku mencumbunya di leher. Bergerak ke tengkuk hingga membuatnya semakin erat memelukku dan mencumbu telinganya.
“Boy..” rintihnya. Telinganya juga sensitif.
Aku bersorak. Semakin banyak titik tubuhnya yang sensitif, semakin bagus. Lalu tanganku meraba punggungnya. Membuat gerakan berputar-putar dan seolah menuliskan sesuatu di punggungnya. Tante Yeni semakin bergairah.
“Ka.. mu.. Na.. kal. Kamu pin.. Pintar sekali membuatku.. Bergairah..” jawabnya terputus-putus. Nafasnya semakin memburu.
“Cie Yeni cantik sekali. Aku sangat menginginkanmu, Cie.. Aku ingin membuatmu merasakan kenikmatan tertinggi bersamaku..” bisikku sambil terus mencium telinganya.
“Aku juga menginginkanmu Boy.. Tapi aku takut..” jawab tante Yeni.
Ya, aku harus membuatnya merasa aman. Dengan gerakan cepat aku melepaskan pelukanku, mengganjal pintu dengan kursi dan kembali mencumbunya. Saat itu di pikiranku cuma satu. Mengunci pintu justru tidak baik. Mengganjal pintu jauh lebih baik. Kulihat Tante Yeni merespons ciumanku dengan lebih kuat. Tanganku kembali mencoba merangsang vaginanya. Kali ini kakinya agak terbuka. Aku berhasil memasukkan jariku dan menyentuh vaginanya.
“Aahh..” Tante Yeni semakin terangsang. Kakinya terbuka semakin lebar. Kini aku sangat leluasa merangsang vaginanya. Jariku masuk menemukan klitoris dan membuatnya makin hebat dilanda badai birahi.
Entahlah, aku sangat tenang dalam melakukannya. Semakin intensif aku merangsang titik-titik lemah tubuhnya, aku semakin tenang. Aku seperti maestro yang sangat ahli melakukan tugasnya. Wah, rupanya aku berbakat dalam menyenangkan wanita, pikirku sampai tersenyum sendiri.
Tante Yeni semakin dilanda birahi. Tangannya kini tidak malu-malu melepas kancing celanaku dan mencari penisku. Setelah menemukannya di balik celana dalamku, dia meremas dan mengocoknya. Aku semakin terbakar. Kami sama-sama terbakar hebat. Perlahan aku melepas turun celana dalamnya. Tidak perlu dilepas. Aku menatap matanya meminta persetujuannya. Mata Tante Yeni nanar. Dia sangat kehausan dan sudah pasrah menerima apa pun perbuatanku.
Cerita Sex Ngewek Dengan Tante Yang Kesepian
Perlahan penisku menembus liang vaginanya tanpa kondom. Aku merasakan kenikmatan yang dahsyat. Benar-benar jauh lebih nikmat dibandingkan dengan memakai kondom. Aku berani tanpa kondom karena aku yakin dengan kesehatan Tante Yeni.
Aku mulai melakukan tugasku. Mendorong masuk, menarik keluar, memutar, memompa kembali dan kami bercinta dengan dahsyat. Suara penisku yang mengocok vaginanya terdengar khas. Aku mengerahkan segenap kekuatanku untuk menaklukkannya. Tetapi benar-benar tanpa kondom membuatku penisku lebih sensitif hingga belum begitu lama, aku sudah merasakan di ambang orgasme.
Cerita Sex Ngewek Dengan Tante Yang Kesepian
Segera kuhentikan aksiku. Kucabut penisku dan aku menenangkan diri. Kami berciuman. Aku tak mau birahi Tante Yeni surut. Setelah agak tenang aku kembali memasukkan penisku. Kali ini aku tidak menggebu dalam memompa penisku. Aku memilih menikmatinya perlahan-lahan. Setiap sodokan aku lakukan dengan segenap hati hingga menghasilkan desahan dan rintihan nikmat Tante Yeni yang sudah dua bulan tidak merasakan nikmatnya bercinta.
Gelombang badai birahi kembali melanda. Keringat kami bercucuran, lumayan untuk membakar lemak. Kami memang sedang berolahraga, olahraga paling nikmat sedunia. Making love. Bercinta sangat baik untuk tubuh. Tidak hanya tubuh, tetapi pikiran juga jadi fresh. Secara teoretis, ada semacam zat penenang yang dihasilkan tubuh saat kita bersenggama, dan zat itu membuat kita sangat nyaman.
Aku heran juga dengan diriku yang ternyata cukup kuat bercinta tanpa kondom. Penisku terasa agak panas. Aku belajar menahan nafas dan sesekali saat kurasakan aku hendak mencapai puncak, aku menghentikan kocokanku. Cukup sulit memang menahan orgasme. Aku berusaha seperti menahan kencing. Dan usahaku berhasil. Setidaknya aku bisa bercinta cukup lama mengimbangi Tante Yeni yang perlahan tapi pasti semakin menuju puncak. Muka tante Yeni semakin kemerahan. Wajahnya yang mungil tampak sangat cantik ketika sedang dilanda birahi.
“Cie Yeni cantik sekali.. Hebat juga ketika bercinta..” bisikku. Lidahku kembali mencumbui payudaranya yang semakin penuh dengan keringat.
“Arg.., kamu juga.. Enak sekali, Boy..” ceracaunya.
Tante Yeni bolak-balik memejamkan mata, membuka mata dan menggigit bibirnya. Nafasnya sangat tidak teratur. Ngos-ngosan dan rambutnya semakin acak-acakan terkena keringat. Wah, pemandangan yang seksi sekali saat seorang wanita bercinta.
Sebenarnya aku ingin mengubah posisi lagi. Aku ingin lebih lama bercinta. Tetapi aku agak khawatir juga. Sudah cukup lama kami di dalam ruangan ini. Aku khawatir Mbak Ning nanti tiba-tiba mengintip atau mencuri dengar. Aku khawatir karena Mbak Ning cukup punya kecerdasan untuk berpikir yang tidak-tidak.
Dari bahasa tubuh Tante Yeni, aku yakin orgasmenya sudah semakin dekat. Gerakan tubuhnya semakin cepat. Cengkeraman tangannya di punggungku kurasa telah melukai punggungku. Terkadang giginya bergemeretak menahan nikmat. Dia tampak sekali berusaha untuk tidak menjerit.
“Agh.. Arrhhk.. Aku sudah ham.. pir..” rintihnya.
Tanganku meraih bra Tante Yeni dan meletakkannya di mulutnya supaya dia bisa menggigit bra itu. Daripada menjerit, lebih baik menggigit bra sekuatnya. Penisku semakin gencar menghunjam vaginanya. Sodokanku semakin kuat dan temponya kupercepat. Aku belajar untuk sama-sama mencapai orgasme dengan Tante Yeni walaupun menurutku sangat sulit untuk bisa orgasme bersamaan. Setidaknya, aku berencana membiarkannya orgasme terlebih dulu, baru aku menyusul.
“Arghh.. Ya.. Terus.. Yah.. Dikit lagi..” erang Tante Yeni agak tidak jelas karena sambil menggigit bra.
Aku menjaga semangat dan menjaga penisku agar tetap kuat bertempur. Kurasakan penisku juga semakin panas. Aku juga sudah mendekati puncak. Aliran sperma dari bawah sudah merambat naik siap menyembur. Gerakan Tante Yeni semakin menyentak-nyentak. Untung meja di ruangan itu adalah meja kayu yang kosong. Kalau seandainya ada buku atau ballpoint pasti sudah berantakan terlempar.
Beberapa saat kemudian aku merasakan tubuh Tante Yeni bergetar hebat. Menghentak-hentak dan tangannya mencengkeram sangat-sangat-sangat-kuat. Dia memelukku sangat erat. Dari mulutnya keluar semacam raungan yang tertahan.. Seandainya ini di kamar hotel, pasti dia sudah menjerit sepuasnya.
“Aargghh.. Sstt..”
Cerita Sex Ngewek Dengan Tante Yang Kesepian
Aku merasakan ada cairan hangat meleleh keluar. Tidak seberapa banyak tetapi membuat penisku semakin panas. Tante Yeni orgasme sementara aku juga sudah semakin dekat. Inilah saatnya. Aku mempercepat kocokanku. Cepat.. Dan aku mencabut penisku.
Crot..!! Srr.. R.. Srr.. Srr.. Spermaku berhamburan muncrat di perut dan dada Tante Yeni. Ah.., nikmat sekali mencapai puncak. Perjuanganku tidak sia-sia. Aku yang selama ini rutin berlatih menahan kencing, melatih otot-otot perut dan penisku, sukses mengantarkan Tante Yeni menggapai orgasmenya. Dibandingkan ketika making love dengan Ria dan Ita, kali ini lebih mendebarkan dan menantang. I did it.
Tante Yeni segera mencari tissue dan membersihkan ceceran spermaku. Kurang dari semenit kemudian dia sudah memakai bra dan kemejanya kembali. Celana dalam dan roknya tinggal merapikan saja. Aku pun tinggal merapikan celanaku.
Beberapa saat kami berpandangan. Ada rona puas di wajah Tante Yeni. Dia tersenyum manis. Sekarang dia bukan lagi sekedar clientku. Bukan lagi sekedar orang tua muridku. Sekarang dia adalah partner sex-ku. Ada rasa aneh menjalar di tubuhku. Aku tiba-tiba merasa begitu menghormati wanita di hadapanku ini. Sinar matanya yang tegas, pembawaannya yang mandiri, dikombinasi dengan senyum dan kelembutannya, sungguh mempesona. Aku sangat bangga bisa memberinya kenikmatan.
“Maaf Cie.. Sudah melangkah jauh sekali..” kataku.
“Ya! Kamu tidak sopan sekali, tadi!” katanya bergurau tetapi dalam nada agak tegas.
Kami pun tertawa bersama. Aku memeluknya. Mencium dahinya. Merapikan rambutnya yang agak basah terkena keringat. AC di ruangan itu sangat membantu tubuh kami cepat kering.
“Habis Cie Yeni, sudah tahu aku lagi horny malah diundang kemari..” kataku membela diri.
“Terus terang aku juga lagi pengen, Boy. Begitu tahu kamu ternyata sudah pengalaman, aku jadi tergoda denganmu. Tapi memang tadi aku sangat takut melangkah. Untung kamunya nekat.. Aku jadi terpuaskan, deh. Makacih ya..”
Ya ampun.. Bisa-bisanya Tante Yeni bicara manja seperti ini. Aku sampai merasa bagaimana.. gitu. Aneh. Wanita memang makhluk paling aneh sedunia. Di balik penampilannya yang keras dan tegar, toh dia tetap wanita juga. Sisi lembutnya tetap ada.
“Ya.. Aku juga senang sekali bisa memuaskan Cie Yeni. Aku juga belajar banyak lho. Sepertinya tadi Cie Yeni kurang suka dengan permainan tanganku di vagina ya?”
“Bukan begitu. Aku tidak tahu apakah tanganmu bersih atau tidak. Tapi lama kelamaan karena enak, ya sudah.. diteruskan saja..”
“Oh jangan kuatir.. Aku selalu sedia handy desinfectant kok. Biar tanganku bebas kuman.” Kataku menenangkannya. Aku tadi memang pakai handy desinfectant, tapi kan tetap saja aku pegang setir mobil. Haha.. Yang ini tidak aku ceritakan. (Kalau Cie Yeni baca cerita ini, maafin ya..)
“Yah baguslah. Aku juga suka karena kamu selalu terlihat bersih dan harum..” tante Yeni mencium bibirku lagi. Kami kembali berpagutan. Lidahku kembali menerobos mulutnya. Menekan lidahnya, saling bergelut. Kami terus berciuman sambil berpelukan.
Banyak pria melupakan kenyataan bahwa ada hubungan yang harus dibina setelah kita berhubungan sex. Setelah terjadi orgasme, wanita tetap membutuhkan sentuhan, pelukan dan ciuman. Wanita sangat berharga. Jangan sampai kita para pria, begitu mendapatkan orgasme, langsung selesai begitu saja. Harus Ada after orgasm service. Ini adalah salah satu kunci yang aku pegang untuk membuat wanita merasa nyaman bersamaku. Kami berpelukan dan dengan jelas aku mendengar suara Tante Yeni..
“Aku menyayangimu, Boy. Terima kasih buat semuanya. Aku merasa dihargai dan dibutuhkan olehmu..” kata-kata ini tidak akan pernah aku lupakan. Kalau Cie Yeni membaca cerita ini, Cie Yeni pasti ingat bahwa kata-katanya sama persis dengan yang kutulis. (Kecuali namaku, yaa.. Hehe).
Sebetulnya aku harus menanyakan arti sex bagi Tante Yeni. Tapi aku menundanya. Aku pikir aku bisa menanyakannya lain kali. Entah mengapa aku tidak bertanya.
Lalu kami keluar dari ruangan itu. Aku tidak melihat Mbak Ning. Sengaja aku ke kamar mandi dan kemudian aku mengintip ke kamar Mbak Ning dari kaca nako kamarnya. Astaga, dia sedang berganti baju.
“Hayo.. Ngintip! Dasar cowok!” hardik Mbak Ning. Aku terkejut tapi tertawa.
“Maaf-maaf, kupikir dimana tadi kok tidak ada.. Aku pulang dulu ya..”
“Ya.. Ya.. Buka sendiri pagarnya yaa”
Cerita sex, cerita ngentot, cerita panas, cerita pemerkosaa, foto bugil
readmore »»  

Aku Boleh Memegang Liang Vaginamu

Cerita Seks Bergambar, Cerita Sex Dewasa, Cerita Ngentot Terbaru – Cerita ABG Mesum - Aku baru selesai mandi sore dan mulai membuka buku untuk dibaca. Tetapi kulihat seseorang memasuki halaman dan aku segera menguakkan korden agar lebih jelas siapa yang memasuki halaman itu.

Aku Boleh Memegang Liang Vaginamu

Aku kaget dan gembira, ternyata yang datang adalah Eva, saudara sepupuku yang kuliah di Surabaya, semester pertama, usianya sekitar 19 tahun. “Hai, kamu sukanya bikin kejutan. Kenapa nggak bilang-bilang kalau mau datang?” kataku basa-basi.

“Kalau bilang dulu mau nyediain apa..” Setelah basa-basi kutawarkan mandi dulu agar hilang capeknya. Selesai mandi, ia membereskan kembali tasnya. Sepintas ia melihat dinding di sekeliling kamarku, yang penuh dengan gambar telanjang. Dia tersenyum dan berkomentar.

“Bagaimana kalau ada anak-anak yang masuk ke kamar ini”, aku jawab bahwa kamar ini khusus untuk orang yang sudah dewasa. “Kalau begitu ada gambar yang lebih porno lagi dong..” “Ada, mau lihat?” Sebelum menjawab, kuambilkan beberapa foto porno kegemaranku yang kusimpan di dalam lemari pakaianku. “Mau lihat, nggak apa-apa kok untuk pelajaran aja.”

Dengan ragu-ragu ia terima juga foto-foto kategori Mesum, dan dilihatnya dengan cermat, entah apa yang berkecamuk di dalam hatinya aku tidak tahu, tapi terlihat ekspresinya begitu tenang sekali. Entah karena sudah terbiasa, atau karena begitu pandainya ia menyembunyikan perasaannya. “Gimana, komentar dong.”

“Ada filmnya nggak?” “Nggak ada, tapi kalau yang asli justru ada”, kataku sambil bergurau. “Yang asli mana, coba” aku terkejut mendengar pernyataannya, sampai-sampai aku hampir tidak bisa menjawabnya.

“Eh, ada tapi itu anu..” aku jadi gugup, sambil kuarahkan jariku ke arah kemaluanku. “Tapi apa Mas..” “Tapi harus ada gantinya, barter gitulah.” “Tapi kalau yang ini aku nggak punya”, sambil ujung jarinya menunjukkan kemaluan pada gambar yang ia pegang.

“Yang semacam juga nggak pa-pa” “Yang bener nih”, sambil tangannya bersiap-siap mau memegang daerah terlarangku yang masih terbungkus celana. “He-eh bener”, kujawab saja sekenanya, aku kira hanya gertakan saja dia mau memegang kemaluanku. Betapa kagetku ternyata tangannya benar-benar memegang kemaluanku dari luar celana.

Aku tidak bisa bilang apa-apa, selain menikmatinya dengan perasaan senang. Secara refleks kuraih kepalanya dan kudekap sambil dalam hati berkecamuk memikirkan peristiwa ini. Kalau pacar atau orang lain aku tidak bingung, tetapi ini adalah saudara sepupuku yang sewaktu kecil sering bermain bersama.

Tetapi karena ia terus mengusap kemaluanku dari luar celana, aku buang pikiran itu jauh-jauh keraguanku. Keputusanku adalah menikmati saja peristiwa ini. Kucium keningnya, pipinya dan bibirnya. Sambil kugerayangi punggungnya, lehernya, pinggangnya, pantatnya dan terakhir buah dadanya.

Sebagai penjajakan saja apa reaksinya. Ternyata ia diam saja, bahkan semakin keras memegang selangkanganku. Terus kuciumi bibirnya sampai nafasnya memburu. Kubuka kausnya, dan aku melihat kulit tubuh yang tidak pernah terkena matahari itu demikian menimbulkan birahiku.

Kubuka BH-nya dan tambah kagum aku atas keindahannya. Kuelus buah dadanya yang kenyal dan sekali-kali kupencet putingnya yang membuat nafasnya makin memburu. Begitu aku berusaha mencium buah dadanya, ia mundur sambil menarik tanganku ke arah tempat tidur. Dalam keadaan telentang tampaknya ia sudah siap menerima tindakanku berikutnya, buah dadanya yang menantang bergelantungan.

Sebelum aku mendekatkan diri, aku melepaskan pakaianku hingga tuntas, sehingga batang kejantananku yang sudah membesar tergantung-gantung mengikuti gerak dan langkahku. Bersamaan dengan itu ia melepaskan juga pembungkus tubuhnya yang masih tersisa, sehingga kami benar-benar sudah telanjang bulat.

Tubuhnya benar-benar mulus, tidak ada cacat, payudaranya sedang, masih kencang, puting susunya coklat tua, mendekati hitam, perutnya ramping, lipatan kecil di perutnya menunjukkan belum begitu banyak lemak di situ, pinggulnya sedang, bulu kemaluannya tipis, sehingga bibir kemaluannya yang mengatup dengan rapi terlihat begitu indahnya. Ia raih batang kemaluanku, dan aku mendekatkan diri sehingga mudah baginya untuk mengulum dan menjilati batang kejantananku.

Sementara tanganku tanpa kusadari sudah meraih bibir liang kewanitaan nya yang sudah basah. Kuelus-elus bibir kemaluannya sambil kucari dan sesekali kusentuh klitorisnya. Dan kumasukkan jari tengahnya menggapai dasar kemaluannya. “Jilat kepalanya”, aku berbisik kepadanya. Dengan sigapnya ia segera tahu maksudku.

Ia segera mulai menjilati kepala kemaluanku yang semakin membesar saja dan mengkilap oleh jilatan. Rasa geli dan nikmat bercampur jadi satu. Birahiku benar-benar sudah sampai di ujung, ingin segera mengikuti naluriku untuk segera memasukkan ke dalam liang kewanitaan nya.

Tetapi nanti dulu, kuciumi dulu tubuh Eva, dari mulai bibir, telinga, leher, buah dada, perut dan liang kewanitaan nya. Kujilat-jilat klitorisnya yang membuat dia menggelinjang ke kanan kiri tidak karuan, pantatnya dia angkat tinggi-tinggi sehingga aku mempunyai ruang yang baik untuk melakukan kegiatanku menjilati klitorisnya yang sekilas kulihat semakin bengkak dan merah.

Sampai suatu saat tubuhnya makin menegang sambil berteriak menyebutkan sesuatu yang tidak jelas, bersamaan dengan itu membanjirlah cairan bening dari liang kewanitaan nya. “Aku sampai Mas, aku sampai Mas…” begitulah ucapan yang kutangkap dengan nafas terengah-engah.

Kemudian kuambil posisi untuk menyetubuhinya, kemaluanku yang sudah tegang dan membesar di ujungnya kusiapkan di depan pintu gerbang kewanitaannya. Dengan bimbingan tangannya, kumasukkan kemaluanku sampai habis tertelan oleh liang kewanitaan nya. Kembali ia mengerang, sambil memelukku dengan keras.

Sejenak kudiamkan saja batang kejantananku di dalam. Kurasakan pijitan liang kewanitaan nya sangat membuatku semakin nikmat. Batang kejantananku masih kudiamkan terendam di situ. Eva mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, sampai kusentuh dasar kemaluannya yang terasa seperti benjolan yang semakin keras menyentuh-nyentuh kepala kemaluanku.

Semakin nikmat rasanya, sehingga aku sendiri tidak tahan lagi dengan gesekan dan pijitan dari liang kewanitaan nya sehingga otot-otot pada tubuhku menegang dan bersamaan dengan itu, tanpa kusadari keluar maniku membasahi dan menghangatkan dasar kemaluannya.

Kurasakan Eva lagi-lagi mencapai orgasme. Kali ini lebih panjang erangannya, semakin kuat ia memelukku dan gerakan tubuhnya semakin tidak teratur. Kutancapkan dalam-dalam kemaluanku, hingga kami saling berpelukan. Beberapa detik kemudian kami terkulai. Aku masih belum ingin mencabut kemaluanku yang bersarang dengan damai di liang kewanitaan nya.

Kubalik tubuhku sehingga ia menjadi menindihku. Eva benar-benar puas dan sangat-sangat kelelahan. Beberapa menit kemudian ia sudah tertidur dengan pulas. Kemaluanku yang sudah melemah masih berada di dalam liang kewanitaan nya. Aku pun tertidur, dengan perasaan lega. Tengah malam kami bangun dan bermain lagi sampai puas.

Tiap bangun bermain lagi. Sampai akhirnya kami benar-benar tertidur hingga jam 10 pagi. Karena di rumah tempat kost-ku cukup tesedia makanan instan. Sehingga hari itu kami bisa melakukan dengan sepuas-puasnya, dan kami merasa tidak perlu lagi memakai baju di dalam rumah. Memasak air, menyapu mencuci piring selalu diselingi dengan adegan percintaan.

Sampai sore hari ia berpamitan kembali ke Surabaya melanjutkan kuliahnya. Sejak saat itu ia sering ke kotaku. Sampai ia mempunyai pacar dan menikah. END by www.ceritaseks15.com Baca kisah seks bergambar terbaru sebelumnya yang tidak kalah meningkatkan birahi mu berjudul Disuruh Ngisep Kontol Teman Papa ku Sebagai Ritual Penyembuhan – Cerita Seks Bergambar, Cerita Sex Dewasa, Cerita Mesum Ngentot –
readmore »»  

Pengalaman Pertama Sex Bersama Wanita Pujaan Hati

Cerita sex dewasa ini adalah pengalaman pertama saya melakukan hubungan seksual. Kebetulan pula wanita itu juga baru pertama kali melakukannya. Dia adalah pacar saya. Sebutlah namanya Desi. Memang dia sudah beberapa kali saya ajak ke rumah saya. Tapi setiap kali ke rumah, kami hanya sekedar tiduran dan paling jauh cuma ciuman saja.

Pengalaman Pertama Sex Bersama Wanita Pujaan Hati


Ceritanya bermula ketika untuk kesekian kalinya dia saya ajak main ke rumah. Awalnya seperti biasanya kami cuman cium-ciuman saja. Cium pipi, cium bibir, hal biasa kami lakukan. Entah setan apa yang lewat di benak kami.

Tangan kami mulai berani meraba-raba bagian lain, sebenarnya tidak pantas dilakukan oleh dua insan yang belum menikah. Ketika tangan saya meraba payudaranya (kami masih berpakaian lengkap), dia sama sekali tidak menolak. Ini membuat saya sedikit lebih berani untuk meremas payudaranya sedikit lebih keras. Ternyata dia menikmatinya.

Saya mencoba untuk melakukannya lebih jauh lagi. Kali ini tangan saya perlahan-lahan saya arahkan kebagian selangkangannya. Dia masih tidak menolak. Saat itu dia memakai celana panjang dari kain yang tipis, jadi saya bisa merasakan lembutnya bibir kemaluannya.

Tanpa saya sadari tangannya juga telah mengelus-elus selangkangan saya. Mungkin karena pikiran saya terlalu tegang, sampai-sampai saya kurang memperhatikannya. Kurang masuk akal memang. Tapi itulah yang terjadi.

Kepasrahannya semakin melambungkan kekurangajaran saya. Tangan saya mulai menyelinap ke balik pakaiannya. Saya kembali meremas-remas payudaranya. Kali ini langsung menyentuh permukaan kulitnya. Saya lakukan sambil mencium lehernya dengan lembut. Suara desahan lembut mulai terdengar dari bibirnya, disaat saya menyelipkan tangan saya ke balik celana dalamnya. Ada sedikit rasa ragu ketika meraba bibir kemaluannya secara langsung.

Saya kumpulkan segenap keberanian saya yang tersisa. Jari tengah saya, saya tekan sedikit demi sedikit dan perlahan ke belahan kemaluannya. Saat itulah dia tersentak dan menahan tangan saya. Dia menatap mata saya.

“Jangan dimasukkan ya Mas”, katanya.

Saya hanya tersenyum dan mengangguk. Serta merta dia mencium bibir saya. Sementara jari saya masih mengelus-elus bibir kemaluannya. Lendir yang membasahi dinding vagina perawan nya, mulai merembes hingga ke bibir kemaluannya.

Saya mencoba untuk memintanya untuk menyentuh dan memegang kemaluan saya. Ternyata dia tidak menolak. Terlihat jelas di raut mukanya, dia sedikit gugup ketika membuka rensleting celana saya. Dan seakan malu memandang wajah saya ketika dia mulai menggenggam kemaluan saya. Untuk mengurangi ketegangannya saya mencium bibirnya.

Selama lebih dari setengah jam kami hanya berani melakukan itu-itu saja. Kemudian saya beranikan diri untuk mengajakknya menanggalkan semua pakaian. Dia terlihat ragu, dan hanya menunduk. Mungkin dia ingin menolak tapi takut membuat saya kecewa.

“Kamu bener berani tanggung jawab”, katanya lagi.

Saya terdiam sejenak dan kemudian mengangguk. Padahal dalam hati, saya bertanya-tanya, benarkah saya mampu bertanggungjawab ? Dia menanyakannya sekali lagi. Dan saya mengiyakannya untuk kedua kalinya. Diapun mulai melepaskan kancing bajunya. Ketika saya membantunya, dia menolak.

“Biar aku sendiri saja. Kamu lepas baju kamu.”, sahutnya.

Saya menurut saja. Dan tak lama kemudian, tak ada selembar benang pun pada tubuh kami. Telanjang bulat, walaupun dia masih menutupi payudaranya dengan tangan dan menyilangkan pahanya untuk menutupi kemaluannya. Saya memeluknya sambil berusaha menurunkan tangannya.

Dia menurut, saat saya kembali meremas payudaranya dengan lembut. Kali ini tanpa diminta dia mau memegang kemaluan saya sambil mengelus-elusnya. Entah karena terangsang atau karena saya mengatakan mau bertanggungjwab tadi, dia menuntun tangan saya untuk mengelus selangkangannya.

Agar dia tidak merasa malu, saya terus mencumbunya. Dia menikmatinya sambil menekan jari saya ke bibir kemaluannya, yang saya rasakan semakin basah oleh lendir. Dia kemudian merebahkan tubuhnya. Dan saya pun merebahkan tubuh saya di atas tubuhnya. Kami kembali bercumbu. Kali ini sedikit lebih liar.

Suara desahan terdengar lebih nyaring daripada sebelumnya, ketika saya mencubit clitorisnya. Ketika saya sudah tidak tahan lagi, saya mencoba “minta ijin” padanya untuk berbuat lebih jauh. Dia mengangguk sambil sedikit meregangkan belahan pahanya.

Setelah “mendapatkan ijin”, saya mencoba memasukkan kemaluan saya ke liang vagina perawan nya. Tapi sulitnya luar biasa. Berkali-kali saya coba, tetapi belahan itu seakan-akan direkatkan oleh lem yang kuat. Ujung kemaluan saya sampai sakit rasanya.

Dan dia pun meringis kesakitan, sambil sesekali memekik kecil, “Aduh. aduh”. Saya sedikit tidak tega juga. Saya hentikan sejenak usaha saya itu, sambil kembali mengelus bibir kemaluannya, agar sakitnya sedikit berkurang.

“Masih sakit ?”, tanya saya.
“Udah nggak begitu sakit.”, jawabnya.

Saya mencobanya lagi. Kali ini saya minta dia membuka bibir vagina perawan nya lebih lebar. Alamak, masih susah juga. Padahal kata teman-teman saya yang sudah sering berhubungan sex, kalau sudah basah pasti gampang.

Kenyataannya ujung kemaluan saya sampai sakit gara-gara saya paksa masuk. Saya hampir putus asa. Kemaluan saya mulai lemas lagi karena saya menjadi kurang konsentrasi. Tiba-tiba saya teringat bahwa saya pernah baca di majalah, ada jenis selaput dara yang sangat elastis dan relatif lebih tebal daripada yang normal.

Kepercayaan diri saya mulai timbul lagi. Saya “mengusulkan” padanya, pakai jari saja dulu. Maksud saya supaya agak lebar lubangnya. Dia setuju saja. Walaupun saya sadar selaput dara itu justru akan robek karena jari saya, bukan karena kemaluan saya, cara itu tetap saya lakukan. Dari pada kami (terutama dia) kesakitan, lebih baik begini.

Mulanya saya hanya menggunakan jari kelingking. Dia hanya mendesah sambil menggigit bibirnya. Kemudian saya lakukan dengan jari tengah, sambil menggerakkannya naik turun. Dia masih hanya mendesah.

Kemudian saya masukkan jari tengah dan telunjuk ke liang vagina perawan nya. Dia menjerit halus sambil menahan tangan saya agar tidak masuk lebih dalam. Setelah dia melepaskan tangannya baru saya lanjutkan lagi dengan sangat perlahan.

Setelah yakin sudah cukup, …

…saya mencoba kembali memasukkan kemaluan saya ke liang vagina perawan nya. Saya menyibakkan bibir vagina perawan nya sementara dia mengarahkan kemaluan saya. Memang sedikit lebih mudah sekarang. Tapi tetap saja dia merintih kesakitan. Saya pun masih merasakan sakit. Kemaluan saya seperti diperas dengan sangat keras.

Setiap kali merasakan sakit (dan mungkin perih), dia menahan “laju” masuknya kemaluan saya. Saya pun hanya berani melakukannya dengan sangat amat perlahan. Hati saya benar-benar sangat tidak tega melihatnya merintih kesakitan. Tapi pada akhirnya kemaluan saya bisa masuk seluruhnya.

Saat pertama kali berhasil masuk, saya belum berani menariknya kembali. Kami hanya berciuman saja, supaya rasa sakit itu reda dahulu. Setelah itu baru saya berani menggerakkan pinggul saya maju mundur, tapi masih sangat pelan. Sementara tangannya tampak memegang erat ujung bantal, sambil terpejam dan mengigit bibirnya.

Setelah beberapa lama, kami berganti posisi. Kali ini saya berada di bawah, sementara dia duduk di atas saya. Dia saya minta menggerakan pinggulnya naik turun. Dia hanya beberapa kali melakukannya. Dan berkata, “Aku nggak bisa”, sambil berguling ke samping saya. Saya memeluknya dan mengelus rambutnya serta mencium keningnya.

Kemudian kembali merapatkan tubuh saya ke atas tubuhnya. Saya memasukkan kembali kemaluan saya ke liang vagina perawan nya. Kali ini gampang sekali. Di dorong sedikit langsung bisa masuk. Dan dia pun tidak lagi merintih kesakitan. Hanya mendesah halus.

Saya kembali menggerakkan pinggul saya maju mundur. Saya coba lebih cepat. Rasanya licin sekali. Saya merasakan diantara kemaluan kami sangat basah oleh lendir bercampur keringat. Saya terus melakukannya sambil mencium bibirnya.

Kali ini dia lebih erotis. Dia sangat suka menghisap-hisap lidah saya, yang sengaja saya julurkan ke dalam mulutnya. Sementara tangannya tak henti-hentinya mengelus punggung dan pantat saya. Sesekali saya jilati puting susunya dengan lidah saya. Namun dia lebih suka kalau saya menghisap putingnya itu. Sebenarnya saat itu saya kurang berkonsentrasi.

Pikiran saya masih terbagi. Saya masih berpikir agar tidak membuat dia kesakitan. Mungkin karena itu saya bisa bertahan agak lama. Kalau tidak mungkin saya sudah mengalami ejakulasi.

Setelah cukup lama, tiba-tiba dia menyentakkan pinggulnya ke atas sambil menekan pantat saya. Saya tidak tahu apakah saat itu dia mengalami orgasme atau tidak. Tapi yang jelas dia menahan posisi itu cukup lama. Setelah itu dia bilang bahwa dia capek.

Saya pun mengerti, dan walaupun belum mengalami ejakulasi, saya mengeluarkan kemaluan saya dari liang vagina perawan nya, dan tidur terlentang di sampingnya. Sekilas saya lihat, di bibir kemaluannya ada lendir putih yang ketika saya pegang terasa kental dan lengket, namun tidak kesat seperti halnya sperma.

Sepertinya dia tahu kalau saya belum puas (yah namanya juga kurang konsentrasi). Dia duduk di sebelah saya sambil kemudian menggenggam kemaluan saya. Perlahan-lahan dia menggerakan tangannya naik turun.

Saya sangat menikmati perlakuannya ini. Payudaranya kembali saya elus-elus. Sesekali saya permainkan putingnya denga jari. Kali ini saya tidak bisa bertahan lama. Ketika gerakan tangannya semakin cepat, saya merasakan geli yang luar biasa di ujung kemaluan saya. Dan saya pun akhirnya mengalami ejakulasi. Dia menampung sperma saya dengan telapak tangannya.

Kemudian membersihkan sisanya dengan tissue. Setelah mencuci tangan serta kamaluannya, dia kembali ke kamar dan mencium saya. Dia kemudian merebahkan kepalanya di dada saya. Sementara saya mengelus-elus rambutnya.

Saat membenahi kamar sebelum mengantarnya pulang, pandangan saya tertuju pada bekas tissue yang sebagian juga digunakan untuk membersihkan sisa lendir kemaluannya. Terlihat bercak-bercak merah tanda perawan pada beberapa lembar tissue. Tapi tidak banyak.

Saya memandangnya dan bertanya, “Masih berdarah nggak ?”
Dia menggeleng, dan menjawab, “Sudah nggak lagi, tadi sudah aku cuci.”

Setelah itu saya mengantar dia pulang. Kalau tidak salah waktu itu sudah sekitar jam sembilan malam. Saat perjalanan kembali pulang, saya berpikir. Dia sudah mengorbankan miliknya yang paling berharga kepada saya. Dia berkorban karena dia percaya pada saya.

Belum pernah dalam hidup saya, ada orang yang sebegitu percayanya pada saya. Bahkan jauh melebihi kepercayaan orang tua saya, yang lebih sering memberikan uang belaka daripada sebuah kepercayaan yang tulus. Kepercayaan yang diberikannya adalah pemberian yang tak ternilai harganya.
readmore »»